Bunga matahari punya arti tersendiri untuk seorang Nunung Bakhtiar. Warnanya yang kuning dan selalu menghadap ke arah matahari membuat Nunung ingat tentang sesuatu.
”Warna kuningnya membuat saya bersemangat. Setiap saya mulai kurang mood, saya seperti kehilangan daya, bunga matahari itu seperti memberi energi. Saya langsung senang meski hanya melihatnya saja,” kata Nunung saat ditemui Ruma Manis.
Tidak hanya itu, ternyata bunga matahari yang selalu tegap berdiri ke arah sinar matahari juga memberi pesan tersendiri untuk Nunung. ”Saya seperti diingatkan untuk berani menatap ke depan. Optimis saja menjalani kehidupan,” kata Nunung.
Nama Nunung Bakhtiar dikenal sebagai pelukis ekspresionis. Belajar melukis secara otodidak, Nunung benar-benar hanya mengandalkan intuisi dalam melukis. Bahkan, saat menggelar pameran Dancing on The Canvas (Menari di Atas Kanvas) di Belanda pada 2003, gaya melukisnya dinilai mirip Van Gogh.
”Saya tidak sekolah seni. Jadi karya saya tidak kenal batasan-batasan yang baku dalam seni lukis. Saat saya mencampur warna, membuat garis, itu saya lakukan secara spontan,” kata perempuan yang hobi berkunjung ke museum dan galeri seni ini.
Tak sedikit teman Nunung sayang berkomentar kalau dari sisi ilmu melukis hal tersebut tidak diperkenankan. ”Untung saya tidak sekolah seni jadi saya bisa betul-betul mengekspresikan apa yang sedang saya pikirkan dan rasakan tanpa terhalang aturan berkesenian,” kata perempuan yang lahir pada 14 Juni 1952 ini seraya tersenyum.
Melukis memang sudah menjadi terapi penenang bagi Nunung. Dulu, dalam satu jam Nunung bisa menyelesaikan satu lukisan. ”Sekarang karena kesibukan, sebulan baru bisa satu,” kata Nunung melepas tawa.
Nunung pun tak pernah ragu untuk berbagi pengetahuannya soal melukis untuk pemberdayaan ibu-ibu di daerah. ”Saya latih ibu-ibu tersebut bisa melukis di atas scarf ataupun baju. Jadi lukisan tadi menambah nilai jual produk mereka,” kata Nunung.
Share this