Each cup of tea represents an imaginary voyage.

Koleksi Cantik Si Cangkir Klasik

Cangkir teh pertama kali dipakai oleh kerajaan China sekitar abad ke-8. Ketika itu, wadah untuk minum teh lebih menyerupai mangkuk kecil tanpa cuping sebagai pegangan. Setelah masuk ke Eropa melalui jalur perdagangan pada tahun 1600, barulah cangkir mengalami pembaruan. Cangkir teh dilengkapi cuping untuk melindungi kulit dari temperatur panas.

Sejak dulu acara minum teh identik dengan tradisi bangsawan. Mereka menganggap teh sebagai ‘the liquid wisdom’ yang bisa mencairkan suasana. Bahkan di era Victorian, memberikan satu set cangkir teh merupakan hadiah yang mewah untuk acara ulang tahun, pernikahan, ataupun saat kunjungan keluarga.

Beberapa produsen cangkir teh klasik yang terkenal diantaranya Royal Doulton, Limoges, Wedgwood, Havilland, dan Meissen. Untuk pilihan corak dan warna dibedakan menjadi rose designs, floral designs, occupied Japan, Nippon, Czech, Bavarian, dan Lustreware.

Sebelum membeli cangkir teh klasik, penting untuk meneliti stempel di bawah cangkir teh apakah bertuliskan ”Fine China” ataukah ”Bone China’’. Bone China merupakan jenis porselain yang mengandung minimal 30 persen fosfat dari abu tulang sapi. Bahan inilah yang membuat cangkir teh berbahan Bone China lebih ringan, kuat, tipis, mudah dibentuk, dan mengkilap. Sedangkan Fine China merupakan kombinasi antara Bone China dan bahan porselain lain untuk memberi warna berbeda.

Benda-benda klasik seperti cangkir teh ini juga sudah lama dijadikan ”investasi”. Pada 2014, lembaga lelang Sotheby’s di Hong Kong berhasil menjual cangkir teh peninggalan kekaisaran dinasti Ming China yang telah berusia lebih dari 500 tahun dengan harga Rp 368 miliar rupiah. Cangkir langka bergambar ayam jantan yang berukuran 7,87 cm ini hanya ada 17 buah, empat cangkir dimiliki personal, dan sisanya berada di museum.

Share this